
Diyakini puisi ini ditulis oleh seorang siswa, dan dua minggu kemudian ia bunuh diri.
TENTANG SEKOLAH
(Anonim)
Sudah lama ia ingin mengatakan banyak hal. Tapi, tak ada yang mengerti.
Sudah lama ia ingin menjelaskan banyak hal. Tapi tak ada yang peduli karena itu, dia menggambar saja.
Kadang-kadang, dia hanya mau menggambar dan gambar itu bukan apa-apa.
Dia ingin mengukirnya di atas batu atau melukisnya di langit.
Dia akan berbaring di rumput dan menatap langit, hanya dia bersama langit serta semua yang berada dalam jiwanya yang butuh diutarakan.
Dan setelah itu, barulah ia menggambar. Sebuah gambar yang indah.
Dan menyimpannya di bawah bantal dan tidak mengizinkan siapa pun untuk melihatnya.
Dan, dia akan memandangnya setiap malam dan memikirkannya.
Dan tatkala hari telah gelap, matanya sudah terpejam, dia masih bisa melihatnya.
Dan gambar itu semua tentang dirinya. Dan, dia sangat menyukainya.
Ketika berangkat sekolah, dia selalu membawanya.
Bukan untuk memperlihatkannya kepada seseorang, melainkan sekadar merasakannya berada di dekatnya seperti kawan.
Lucu rasanya tentang sekolah ini. Dia duduk di bangku kotak dan berwarna cokelat.
Sama seperti bangku kotak dan cokelat lainnya, padahal menurutnya seharusnya merah.
Dan, kelasnya juga berbentuk kotak dan berwarna cokelat. Seperti semua kelas lainnya.
Dan, itu tampak pengap dan tertutup, juga kaku.
Dia benci harus memegang pensil dan kapur,
dengan lengan kaku dan kaki menapak di lantai, juga kaku,
sementara guru terus-menerus mengawasi.
Kemudian, dia harus menulis angka-angka. Padahal angka-angka itu bukan apa-apa.
Mereka lebih buruk daripada huruf-huruf yang jika digabungkan bisa memberi makna. Sedangkan angka-angka itu jelek dan kotak dan dia membenci semua itu.
Bu guru datang dan berbicara kepadanya, menyuruhnya memakai dasi seperti anak-anak lelaki lain.
Dia bilang tidak suka dan bu guru bilang itu tak masalah.
Setelah itu mereka menggambar. Dan dia menggambar warna kuning semuanya
karena begitulah yang dirasakanya tentang pagi hari.
Dan, gambarnya itu indah sekali. Bu guru datang lalu tersenyum kepadanya.
"Apa ini?" tanyanya, "Mengapa kamu tidak menggambar seperti gambar Ken?
Bukankah gambar itu bagus?" Semuanya pertanyaan.
Setelah itu, ibu membeli dasi untuknya
dan dia selalu menggambar pesawat terbang dan roket seperti yang digambarkan anak-anak lain.
Maka, dia membuang gambar yang lama.
Dan, ketika dia terbaring sendiri memandang langit yang tampak besar dan biru,
dan semuanya terlihat sama kecuali dirinya yang tidak sama.
Dia sudah menjadi kotak di dalam dan juga coklat,
dan kedua tangannya kaku, dan dia menjadi seperti anak-anak lainnya.
Dan, sesuatu yang ada dalam dirinya yang tadinya butuh untuk diutarakan,
kini tidak perlu diutarakan lagi.
Semua itu telah berhenti mendesaknya.
Hancur. Kaku. Seperti yang lainnya juga.
Para guru dan pendidik lainnya diharuskan mengetahui keragaman gaya belajar diantara manusia. Pada masa sekarang, ketika pendidikan massal merupakan kelaziman, perkataan lama yang sudah sering diucapkan oleh para guru; "Kami tahu apa yang baik untuk siswa/i kami" dan "Metode kami telah terbukti berhasil selama seratus tahun" - Justru menghambat para guru untuk belajar lebih jauh tentang kebutuhan belajar individual.
Para guru di seluruh dunia masih mengalah pada kepercayaan yang keliru, yang mengakibatkan kebutuhan siswa terabaikan.
Para guru di seluruh dunia masih mengalah pada kepercayaan yang keliru, yang mengakibatkan kebutuhan siswa terabaikan.