![]() |
thank you mom...! |
Namun, lanjutnya, bentuk pola-pola
asuh di atas merupakan pengkategorian saja. Yang terpenting, justru bagaimana
prakteknya di lapangan. Bila orang tua mengaku demokratis, namun kenyataannya
tidak, tetap saja akan merugikan anak.
Untuk itu, orang tua harus mengetahui
aturan dan rambu-rambu dalam mengasuh anak. Jusni, dalam bukunya memaparkan 11
tuntunan bagi orang tua dalam pengasuhan anak.
- Harus Disertai Kasih Sayang, Anak sudah dapat merasakan apakah ia disayangi, diperhatikan, diterima, dan dihargai atau tidak. Orang tua dapat menunjukkan kasih sayang secara wajar sesuai umur anak. Dengan mencium atau membelai, berkata lembut, hingga anak merasa ia memang disayang. Pencurahan kasih sayang ini harus dilakukan konstan, tulus, dan nyata sehingga anak benar-benar merasakannya.
- Tanamkan Disiplin yang Membangun, Perlu memberlakukan tata tertib yang tidak berkesan serba membatasi. Hal ini akan menjadi pedoman bagi anak, hingga ia mengerti perilaku apa yang diperbolehkan dan mana yang tidak. Juga mengenalkan anak pada disiplin. Dengan demikian ia diharapkan mampu mengendalikan diri sekaligus melatih tanggung jawab.
- Luangkan Waktu bagi Kebersamaan, Memanfaatkan waktu bersama anak merupakan hal yang sangat penting dalam pengasuhan anak. Dari sini akan tercipta lingkungan dan suasana yang menunjang perkembangan. Orang tua bisa menggunakan waktu tersebut dengan bermain bersama, berbincang-bincang, melatih keterampilan sehari-hari, dan sebagainya.
- Ajarkan Salah-Benar/Baik-Buruk, Hal-hal yang dapat diajarkan adalah nilai-nilai yang berlaku di lingkungan keluarga, masyarakat sekitar dan budaya bangsa. Misalnya, adat istiadat, norma dan nilai yang berlaku. Hal ini sangat diperlukan agar anak mudah menyesuaikan diri dengan orang lain. Mintalah anak berlaku ramah dan jujur serta melarangnya menyakiti orang lain. Selain harus terus-menerus dan konsisten, terangkan kenapa perbuatan menyakiti tidak boleh dilakukan sedangkan sikap ramah diperlukan. Dengan begitu anak tahu kenapa mereka dilarang berbuat sesuatu, serta dapat memahami apa arti salah-benar dan baik-buruk.
- Kembangkan Sikap Saling Menghargai, Sikap saling menghargai dapat dicontohkan. Bila orang tua berbuat salah, jangan segan meminta maaf. Kelak ketika anak berbuat salah, dia pun tak segan meminta maaf. Orang tua yang menghormati anak akan merangsang anak untuk menghargai dan menghormati orang tua maupun siapa saja.
- Perhatikan dan Dengarkan Pendapat Anak, Jika anak punya pendapat, dengarkan dan berikan perhatian tanpa berusaha untuk mempengaruhinya. Bila perlu, kemukakan pendapat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak. Hal ini akan membuat hubungan orang tua dan anak jadi lebih akrab, hingga anak dapat menyatakan perasaannya. Termasuk perasaan yang baik dan buruk, seperti marah dan tidak senang, tanpa takut kehilangan kasih sayang dari orang tua.
- Membantu Mengatasi Masalah, Anak butuh bimbingan kala menghadapi masalah, namun orang tua jangan sesekali memaksakan pendapatnya. Pahami masalah sesuai sudut pandang anak dan berikan beberapa pendapat serta doronglah anak untuk memilih yang sesuai dengan keadaannya.
- Melatih Anak Mengenal Diri Sendiri dan Lingkungan, Ajaklah anak mengenal dirinya. “Saya ini anak laki-laki” atau “Saya adalah anak perempuan.” Lalu mengenalkan orang lain di lingkungannya, ada ibu, bapak, kakek, nenek, paman dan lainnya. Dengan demikian, semakin lama pengenalan anak kian luas. Anak juga perlu dilatih mengenal emosi dan cara menyalurkan emosi yang baik agar tidak menyakiti dirinya sendiri atau orang lain.
- Mengembangkan Kemandirian, Rangsanglah inisiatif dan berikan kebebasan untuk mengembangkan diri. Beri kesempatan mengerjakan sesuatu menurut keinginan mereka sendiri. Tentu saja asalkan tidak bertentangan dengan norma masyarakat. Untuk memupuk inisiatif anak, beri pujian pada apa yang telah berhasil dilakukan dan bukan malah mencelanya.
- Memahami Keterbatasan Anak, Setiap individu, termasuk anak, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Orang tua hendaknya jangan menuntut melebihi kemampuan anak. Yang tak kalah penting, jangan pernah membanding-bandingkan anak yang satu dengan anak yang lain.
- Menerapkan Nilai Agama dalam Kehidupan Sehari-hari, Nilai-nilai agama perlu diajarkan sejak usia dini sekaligus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Cara paling baik, beri contoh dan minta anak berlaku sama. Misalnya berdoa sebelum melakukan kegiatan apa pun, memaafkan kesalahan orang lain, mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan dan lain-lain.
Orang tua perlu
bertindak hati-hati dan bijak. Sebab pola asuh yang salah jelas bakal
merugikan anak kelak. Secara teknis, jelas Dr. Jusni Ichsan Solichin,
Sp.KJ , pola asuh bisa dikategorikan menjadi tiga. Yakni permisif alias
serba membolehkan, otoriter serba melarang, dan demokratis. Yang
terbaik, lanjut pengarang buku Pola Asuh yang Mendukung Perkembangan
Anak , tentu saja yang demokratis. Di sini anak boleh melakukan sesuatu
bila itu dinilainya baik, dan dilarang bila merugikan. Orang tua
berperan sebagai kontrol, tanpa perlu mengekang kebebasan anak
berekspresi.
Sementara pada pola asuh permisif, salah satu dampak positifnya, anak
berkembang sesuai daya kreativitasnya. Namun saking bebasnya, anak jadi
tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah. Yang tertanam di dalam
dirinya, bersikap santun boleh, memukul teman juga tidak dilarang. Dalam
benak anak yang ada hanyalah pemahaman, dia boleh melakukan yang
disukainya tanpa memperhatikan akibatnya buat orang lain.
Read more at: http://www.ruanghati.com/2011/12/29/cara-mendidik-anak-dalam-keluarga-agar-kelak-baik-dan-berhasil/
Read more at: http://www.ruanghati.com/2011/12/29/cara-mendidik-anak-dalam-keluarga-agar-kelak-baik-dan-berhasil/
Orang tua perlu
bertindak hati-hati dan bijak. Sebab pola asuh yang salah jelas bakal
merugikan anak kelak. Secara teknis, jelas Dr. Jusni Ichsan Solichin,
Sp.KJ , pola asuh bisa dikategorikan menjadi tiga. Yakni permisif alias
serba membolehkan, otoriter serba melarang, dan demokratis. Yang
terbaik, lanjut pengarang buku Pola Asuh yang Mendukung Perkembangan
Anak , tentu saja yang demokratis. Di sini anak boleh melakukan sesuatu
bila itu dinilainya baik, dan dilarang bila merugikan. Orang tua
berperan sebagai kontrol, tanpa perlu mengekang kebebasan anak
berekspresi.
Sementara pada pola asuh permisif, salah satu dampak positifnya, anak
berkembang sesuai daya kreativitasnya. Namun saking bebasnya, anak jadi
tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah. Yang tertanam di dalam
dirinya, bersikap santun boleh, memukul teman juga tidak dilarang. Dalam
benak anak yang ada hanyalah pemahaman, dia boleh melakukan yang
disukainya tanpa memperhatikan akibatnya buat orang lain.
Read more at: http://www.ruanghati.com/2011/12/29/cara-mendidik-anak-dalam-keluarga-agar-kelak-baik-dan-berhasil/
Read more at: http://www.ruanghati.com/2011/12/29/cara-mendidik-anak-dalam-keluarga-agar-kelak-baik-dan-berhasil/