Apakah definisi dari kata merdeka
Di jaman
penuh tabrakan kepentingan berbeda
Saat arus informasi publik
telah terpotong
Oleh belenggu hukum penguasa yang
meneropong
Ke dalam privasi cari sindikasi
Dan melukai kemerdekaan teriritasi
Indikasi sikap menghambat laju
kemajuan
Ataukah penguasa mencari pengakuan
Korbankan jalur sukses sektor
berbagai bidang
Banyak pihak jadi pincang melangkah
timpang
Menganggap kami bodoh tak
bisa membedakan
Konsekuensi akan informasi tak
mengenakkan
Di dunia maya dan dunia politik di
depan mata
Elit penguasa dengan manuver mencari
nama
Bersikap bagaikan bocah puber
menjadi sama
Mengesahkan kekang informasi sambil
tertidur
Menganggap tugas wakil rakyat
seperti libur
Korosi oleh korupsi saja tak
terurusi
Mau mengatur laju sukses banyak
institusi
Sementara banyak hal penting yang
tak terjamah
Sejak jaman kemerdekaan hal hal yang
sama
Kemiskinan, pendidikan, kesehatan
Kesempatan pun dirusak dengan
kenekatan
Maling teriak maling, tak melihat
situasi
Mewakilkan rakyatnya dengan ngorok
di kursi
Kita tak bodoh, bangsa
kita berakal budi
Dianggap tak bisa filter
informasi, aku tak sudi.
Begitulah
lirik lagu yang dinyanyikan oleh Saykoji, saat ini saya menjadi sadar ternyata
benar apa yang dikatakan oleh om Syakoji. Para penguasa menganggap dirinya
paling pintar dan rakyat ini bodoh, tidak bisa membedakan mana yang benar dan
mana yang salah. Akibatnya mereka mau mengatur segala sisi kehidupan rakyatnya.
Dimanakah arti kata merdeka, jika rakyat terus begini? Jika dicermati
sesungguhnya para penguasalah yang bodoh, yang terlalu takut dan paranoid menerima
informasi dan budaya baru yang masuk, mereka takut zona aman mereka terusik
oleh peradaban baru yang bisa membuat masyarakat tambah pintar. Sungguh sangat
tragis rasanya melihat manuver para elit yang mencari nama dengan taktik busuk
yang tidak intelektual, dan numpang tenar dalam kehebohan dunia.
Jika
kita telaah dan pelajari peristiwa akhir-akhir ini ada banyak pernyataan atau
tindakan para pemimpin dan intelektual yang bagi saya menunjukkan kebodohannya.
Pertama, beberapa waktu silam, ada pejabat yang mengacungkan jari tengah ketika
jumpa pers, ketika ditanya kenapa? Ia menjawab tidak tahu, hanya mengikuti tren
anak band, hahaha… kebodohan yang dipertontonkan, pak kalau mau gaul belajar
dulu yang banyak jangan asala jiblak aja, nanti buntung jadinya.
Ada
lagi peristiwa yang sangat menghebohkan, kelompok tertentu menolak orang lain
karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa. Kita tidak
pernah berpikir untuk berdiskusi memberi koreksi pada ajaran atau aliran yang
dianggap salah. Kita hanya menolak dan terus menolak. Bagi saya, ini salah satu
perilaku buruk dari bangsa yang dikuasai oleh orang berpengaruh berotak
jongkok. Suatu ajaran yang dianggap salah dan terus ditolak justru membuat ia
terus bertumbuh subur, sebab semakin ditolak semakin menimbulkan kehebohan,
sehingga membuat rakyat yang sebelumnya tenang-tenang saja menjadi penasaran
lalu ikut dalam kehebohan yang bodoh dan tidak produktif.
Peristiwa
teranyar, konser Lady Gaga di Jakarta dibatalkan karena tidak sesuai dengan
budaya bangsa. Begitu kata orang-orang pintar di tv. Penampilan Lady Gaga
sangat seronok sehingga tidak pantas ditonton oleh rakyat Indonesia. Apa benar
demikian? Ya benar… terima kepada pemimpin yang mau melindungi rakyatnya. Tetapi
harus diketahui bahwa bangsa ini tidak bodoh. Kami rakyat Indonesia bisa
memilih mana yang bisa ditiru mana yang tidak, kami paham tentang filter
informasi. Bicara tentang seronok, jauh sebelum Lady Gaga rencana datang ke
Jakarta, sudah banyak pertunjukkan-pertunjukkan seronok yang dipertontonkan
kepada masyarakat, contohnya dangdut koplo di daerah-daerah yang katanya religius.
Parahnya tontonan ini gratis dan ditonton juga oleh anak balita.
Jadi
pendapat saya tentang kehebohan penolakan terhadap kedatangan Lady Gaga, hanya
politik numpang eksis para elit. Sebab kalau mau melindungi rakyat dari
tontonan yang tidak pantas, kenapa dangdut koplo tidak ditolak juga?
Ini
hanya sebuah buah refleksi saya terhadap peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan
oleh para penguasa bangsa yang aneh.