Jumat, 01 Juli 2016

19 JUNI, KAMI PUNYA CERITA DARI MONDU

Minggu 19 Juni 2016 - Liburan sekolah akhirnya tiba juga, maklum guru, kita libur panjang Boss... hari ini saya dan Anna ke Mondu, ceritanya kami mau pergi makan daging ayam panggang dan minum air kelapa muda. Jam 07.35 kami melaju dengan motor karena kami akan mengikuti ibadat sabda di Stasi Mondu pada Jam 09.00. Sepanjang jalan kami lewat pinggiran pantai, sepertinya menarik untuk mandi, sayangnya kami tidak membawa pakaiam untuk mandi, itu yang sempat terlontar dari mulut Anna.
Setiba di Mondu kami parkir di rumah papa dan mama, dan kami berjalan kaki ke Gereja. Ternyata sampai di gereja belum banyak orang dewasa, jadinya harus menunggu sampai jam 10.00 Ibadat sabda dimulai. Sambil menunggu kami bergabung dengan anak-anak temu minggu untuk bernyanyi bersama, walaupun hampir semua lagu kami tidak tahu. Ikut goyang sajalah....
 Selesai ibadat masih nongkrong di luar gereja, mengikuti rapat panitia pesta ulang tahun  gereja yang ke-30.
Kembali ke rumah, ada banyak orang di sana, mereka baru selesai menangkap sapi untuk diberi kode/tanda, supaya tidak dicuri orang. Mereka adalah tetangga sekitar yang juga masih sepupuan. Kami berdua bergabung bersama mereka. Duduk bersilah di atas karpet bercerita panjang lebar tak karuan. Ada yang menggunakan bahasa Sumba, ada juga yang menggunakan bahasa Indonesia. Sepertinya Anna kelihatan bingung, tapi sedikit terbantu, karena kalau ada yang bercerita dengan bahasa Sunba selalu ada yang menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Mereka semua kagum dengan sikap Anna yang low profile. “Saya kagum dia orang negara yang maju, mau saja duduk di lantai bersama dengan kita, kalau orang lain pasti dia akan duduk di kursi” kata Om Tunggu. “Tadi saja waktu dia mau masuk saya ada dengar dia minta mau lepas sepatu, ah itu saya simpatik” sambung Om Rimbang. Diskusi berlanjut tentang banyak hal mulai dari serius sampai ngawur, pokoknya baganggu sudah... Eitss.. jangan lupa makan dulu, sup ayam, daging bakar sedang menanti di dapur. Yuk merapat ke dapur dulu... Selesai makan lanjut cerita lagi.... sampai pukul 15.00. Om Tunggu merupakan penannggungjawab di Kampung Adat Prainatang, mengudang kami untuk ikut pada perayaan tahunan di Kampung Prainatang pada 13 s.d 15 juli 206.
Selanjutnya kami ke pantai Mondu, bukan untuk mandi, tetapi untuk melihat orang yang akan mengambil ikan dari perangkap. Perangkap tersebut oleh masyarakat setempat disebut SERO. Sero terdiri dari tiga komponen utama yakni Penojo, Kamar dan Pusat. Penojo adalah bagian terluar yang berfungsi untuk menuntun menuju ke bagian Kamar ketika air surut. Kamar merupakan ruang yang memiliki lekukan pada bagian pintu yang berfungsi untuk mengecoh ikan sehingga tidak keluar dari sero. Sedang pusat merupaka ruang yang menjadi tempat tertampungnya ikan ketika air sudah benar-benar surut. Panenan ikan sore ini kurang banyak, katanya sih arus air dan angin terlalu kencang. Selesai melihat sero kami bermain lumpur di muara, dan kerja burung camar yang bermain dipasir putih.

    Tadi siang di gereja saya ada janjian dengan Om Labert untuk petik kelapa di kebun. Dengan kaki yang masih berlepotan dengan lumpur kami meluncur ke Analuku (nama kampung dari Om Lambert). Mampir sejenak di rumah lalu terus ke kebun. Jalan ke kebun seperti jalan ke golgota saja, tebingnya curam. Hajar demi “waimangura”(bahasa mondu: Kelapa muda). Saya ingin coba panjat pohon kelapa karena sudah sangat lama tidak panjat, tapi gagal, sampai pertengahan sudah tidak mampu lagi. Akhir kami menyewa orang untuk panjat kelapa. “Anna minum air kelapa dan makan isi kelapa sangat banyak, saya hanya dapat satu buah saja.... hehehe... dua buah kami bawa ke Waingapu untuk Fredy dan Anya”. Waktu sudah menunjukkan jam 17.35, kami harus pamit. Masih satu tempat yang harus kami kunjungi.


yang ini baru sebagian....
Tempat terakhir ialah Praing Kalumbatu, dalam bahasa indonesia berarti Kampung pagar batu. Sesuai dengan namanya seluruh kampung itu dikelilingi oleh pagar batu yang terdiri dari tiga lapis sampai ke pusat kampung. Kampung ini merupakan peninggalan zaman batu dan sudah tidak berpenghuni. Kami tidak sempat masuk ke pusat kampung karena hari sudah gelap. Menurut cerita rakyat setempat, pada zaman dahulu praing kalumbatu di huni oleh nenek moyang orang anakalang (Sumba Tengah), tetapi mereka diusir oleh raja Prainatang karena mereka berlaku tidak sopan terhadap raja.


Segera pulang ke Waingapu soalnya ada janji dinner di rumahnya ibu Kepsek SMP Anda Luri.
Ya begitulah perjalanan kami hari ini... selanjutnya kami akan ke Mondu lagi dengan tujuan Kampung Prainatang dan Air terjun Tanggedu, jika tak ada halangan.

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar