Selasa, 10 Januari 2017

7 HARI 2017

Selama 7 hari ada banyak kisah. Ada pertemuan dan juga perpisahan. Ada peristiwa gembira, dan juga peristiwa sedih.



Tanggal 01 January 2017 jatuh pada hari minggu. Pada malam pergantian saya tidak ikut, maklum kami di pedesaan tak ada pesta kembang api. yg ada hanya pesta miras, "Masa ia rayain tahun baru dengan mabuk-mabukan? Tahun baru, semangat baru, hidup baru begitu ke?, mending tidur bray...secara itu malam minggu malam terpanjang dari 2016 sampai 2017".

Tanggal 01-01-2017, 
habis di jalan. hampir
seluruh jalanan Kota Waingapu kujalani. Sebenarnya saya bosan, karena jalanan itu kulewati setiap hari. Tapi hari itu sedikit berbeda karena aku bersama seorang sahabat dari Jogja tepatnya South Mountain (bahasa Jawa: Gunung Kidul), namanya Maria Inggrit. Aku ingin mengenalkan Kota Waingapu kepadanya. Ada hal yg menarik darinya yg membuatku semangat mengantarnya mengunjungi beberapa wisata di sekitar Waingapu, yakni " waowww... wah... wah...". Ekspresi kekaguman pada persona alam Sumba. "ya aku paling senang kalau bisa buat orang tersenyum, sampai begitu excited". Hari itu penuh berkah, ada yg undang malam siang, sebelum melanjutkan pengembaraan.
Perjalanan selanjut bergabung dua sahabatku yg merupakan pasangan kekasih, Anton Obed dan Inggrit Elen. Kami menyusuri barisan bukit-bukit Mauliru berburu mentari yg akan terbenam di ufuk teduh. Hari berganti malam, keping bulan sabit didampingi bintang kejora jadi pengganti mentari, menerangi fajar. Hari itu aku bersama tiga orang dengan mimpi besar, dan memiliki keprihatinan yg sama untuk Sumba. Ditemani teh panas di rumah Inggrit Elen, kami bermimpi, semoga saja mimpi itu jadi kenyataan.
Penasaran dengan keindahan Kota Waingapu di malam hari, kami mencari tempat yg lebih tinggi untuk memandangnya. Luar biasa pemandangan dari bukit Letter S (Pakalat). Kemudian berbaring di pelataran gerbang "Selamat Datang" untuk menikmati Milky way, Katanya sih "bisa lihat masa lalu", yg kudapati bukan masa lalu, tapi ngantuk yg datang menghampiri. Tanggal 01 berakhir sampai di sini.

Tanggal 02, kebersamaan kami berakhir pagi itu, ada yg ke Kupang, ada yg ke Jakarta, ada yg ke Mauliru, dan aku ke Mondu. "Sayonara, dan sampai jumps kawan-kawan"
Berhubung hari masih sangat pagi aku tak langsung kembali ke rumah. aku menuju ke bukit "Raksasa Tidur" seorang diri. Ingin menyendiri menikmati sepi, sebelum liburan berakhir. Di bukit itu aku teringat akan seorang Sahabat di Bogor. Dialah Ivan Nestorman, musisi aliran Jazz Neotradisi, salah satu karyanya sedang merasuki penduduk Kota Waingapu yaitu "Mogi...". Ia pernah menuliskan sebuah sajak tentang "Wairinding dan Raksasa Tidur" untuk kuterjemahkan dalam bahasa "Kambera". berikut ini sajaknya:

ku petik jungga di bawah purnama
bersamaMu di tepi Wairinding
kita berjanji untuk selalu cinta tanah ini
karena cinta dalam dada kita
seluas padang Sumba

Kita sepasang kekasih 
dan telinga Raksasa Tidur
mendengar janji kita
untuk sehidup semati.

Mata hari kian meninggi, teriknya sangat menyengat kulit, pertanda aku harus pulang. Berakhir seluruh kegiatan liburanku.

Tanggal 03, hanya di rumah saja persiapan untuk sekolah esok hari. Menulis raport, dan menyelesaikan perangkat pembelajaran.

Tanggal 04, Go to school. Jarak 33km adalah medan yg harus ku telusuri. Kembali dari liburan Natal dan Tahun Baru, berbagi salam dengan teman guru dan siswa/i. Rasanya hidungku yg udah mulai mancung pesek lagi deh...

Tanggal 05, pukul 15.00 lonceng gereja berbunyi pertanda ada umat yg meninggal. Mama Theresia, janda Bpk. Melkianus Ndapa Namung berpulang ke haribaan Ilahi. malam hari diadakan ibadat pemberkatan jenasah. Ternyata Mama Theresia sudah mengalami sakit -+1tahun. Kesedihan menyelimuti semua yg hadir, kesedihan itu bukan karena kepergiannya, justru keluarga mensyukuri kepergiannya, karena dengan demikian penderiaannya berakhir. Kesedihan disebabkan oleh cerita tentang keadaan yg almarhumah alami sebelum meninggal. Ia meninggalkan 4 orang Anak, dua orang yg sulung dan kedua tidak diketahui keberadaan yg pasti oleh keluarga. Jadi selama sakitnya ia dirawat oleh anaknya yg ketiga dan bungsu. kedua anak ini sebenarnya masih sangat kecil jika harus merawat Ibu mereka yg sakit. Tetapi apa daya, mereka tak punya pilihan. Dua anak kecil bersusahpaya merawat, memandikan Ibu mereka. Ada cerita yg sangat mengharukan hari ini, Ibu meminta anak bungsunya untuk memasak nasi untuk makan mereka, tetapi Sang Khalik berkehendak lain, Sang Ibu berpulang. Mengetahui Sang Ibu sudah tiada, si bungsu menangis sejadi-jadinya, ia protes "Mama menyuruh saya untuk masak nasi, tapi kenapa Mama mati sebelum makan nasi yg saya masak?" Selamat Jalan Mama Theresia Tatu Wadang.

Tanggal 06, SMP
KATOLIK ANDA LAURI mengadakan kegiatan perayaan Natal bersama. Misa diselenggarakan di emperan ruang Guru yg dipimpin oleh Pater Dandy Bastian, C.Ss.R. setelah Misa kita goyang Mogi.....

Tanggal 07, pembagian raport. Ada yg berjingkrak kegirangan, ada yg tertunduk lesu. Ada yg dapat pujian dari orangtua, tapi tak sedikit yg dapat omelan. Itulah buah usaha dan kerja keras selama satu semester.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar