Jumat, 16 September 2011

Pesan sang Ibu:


Tatkala aku menyarungkan pedang
Dan bersimpuh di atas pangkuanmu,
Tertumpah rasa kerinduanku pada sang Ibu
Tangannya yang halus mulus membelai kepalaku,
bergetarlah seluruh jiwa ragaku
Musnahlah seluruh api semangat juangku

Namun sang Ibu berkata
Anakku sayang, apabila kakimu sudah melangkah di tengah padang,
tancapkanlah kakimu dalam-dalam
dan tetaplah terus bergumam
sebab gumam adalah mantra dari dewa-dewa,
gumam mengandung ribuan makna.
Apabila gumam sudah menyatu dengan jiwa raga,
maka gumam akan berubah menjadi teriakan-teriakan.
Yang nantinya akan berubah menjadi gelombang salju yang besar
yang nantinya akan mampu merobohkan istana yang penuh kepalsuan
gedung-gedung yang dihuni kaum munafik
Tatanan negeri ini sudah hancur Anakku
Dihancurkan oleh sang penguasa negeri ini

Mereka hanya bisa bersolek di depan kaca
tapi membiarkannya punggungnya penuh noda
dan penuh lendir hitan yang baunya kemana mana
Mereka selalu menyemprot kemaluannya denang parfum luar negeri
Di luar berbau wangi di dalam penuh dengan bakteri
Dan hebatnya sang penguasa negeri ini pandai bermaniin akrobat
Tubuhnya mampu dilipat-lipat yang akhirnya
pantat dan kemaluannya sendiri mampu dijilat-jilat

Anakku apabila pedang sudah dicabut
janganlah surut janganlah bicara soal menang dan kalah,
sebab menang dan kalah hanyalah mimpi-mimpi,
mimpi-mimpi muncul dari sebuah keinginan,
Keinginan hanyalah sebuah khayalan ,
yang akan melahirkan harta dan kekuasaan.
Harta dan kekuasaan hanyalah balon-balon sabun yang terbang di udara

Anakku asahlah pedangmu,
ajaklah mereka bertarung di tengah padang,
lalu tusukkan pedangmu di tengah-tengah selangkangan mereka.
Biarkan darah tertumpah di negeri ini”
Satukan gumammu menjadi revolusi!!!


Sumber: Diambil dari lirik lagu darah juang dengan judul :puisi"
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar