Indonesia adalah bangsa yang besar dengan segala keragaman masyarakat, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam ajaran kebangsaan Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah, menghargai perbedaan. Tapi sayang, realitas sosial kita berbicara lain, di masyarakat timbul permusuhan, pertikaian, dan perselisihan yang diakibatkan oleh sikap paranoid. Paranoid merupakan ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu yang akan terjadi.
Dalam masyarakat dewasa ini ada dua paranoid sosial yang menonjol, yaitu paranoid politik dan paranoid keagamaan.

Para generasi muda bangsa ini, beberapa tahun terakhir mulai menunjukan sikap tidak mau peduli dengan dunia politik. Alasan mereka cukup sederhana, yaitu tidak berkoloni dengan para koruptor, dalam kepala mereka hanya ada, bahwa para politikus sekarang atau generasi jompo semuanya koruptor. Coba kita berefleksi terhadap tingkah laku bahwa sebenar kita semua yang yang membenci para koruptor sebenar pernah korupsi kecil-kecilan yang pasti bukan uang negara tentunya. Hal tersebut bukan untuk membenarkan tindakan para koruptor tetapi hanya untuk refleksi diri. Ketakutan dalam wujud ketidak-pedulian terhadap politik merupakan sikap politik yang salah. Kita pastinya ingin bangsa ini menjadi lebih baik lagi ke depannya, keinginan itu akan sia-sia jika kita tidak mau berpolitik. Satu-satunya jalan untuk ikut terlibat dalam upaya pembaharuan bangsa adalah politik tidak ada jalan lain. Seseorang yang inginkan perubahan harus berani bersentuhan tangan dan mendobrak sumber-sumber stagnasi dan kemunduran. Intinya kata orang Jogja
kita harus berkeringat tangan. Sikap paranoid akan politik justru membawa stagnasi dan kemunduran bagi bangsa. Sadarilah kawan bangsa ini membutuhkan kita,
mulai saat ini mulai pedulilah pada politik bangsamu, gantilah tayangan sinetronmu dengan berita politik kebangsaan. Mulai berbangga jika engkau disebut "Generasi muda" karena kamu lebih dihargai sebagai anak bangsa daripada disebut "Berondong" yang identik dengan pemberondong tante-tante kesepian.

Sikap paranoid keagamaan bagi saya pribadi merupakan sikap paranoid yang sungguh aneh dan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin parno engkau dengan agama lain? landasannya apa?. Secara naluri dan akal sehat ada yang ditakutkan dari agama tertentu, karena di sana memang tidak ada yang perlu ditakutkan. Tidak ada satu agama pun yang diakui di Indonesia ini yang mengajarkan untuk memusuhi agama lain (jika ada tolong tunjukan, mungkin saya belum tahu), jadi apa yang perlu ditakutkan?. Apakah engkau takut keluargamu mengikuti agama yang berbeda dengan engkau? Itu bukan ancaman dari agama lain tetapi dari keimananmu. Sungguh paranoid keagaan merupakan ketakutan yang tidak masuk akal. Akhir-akhir ini bentuk paranoid itu tampak jelas dalam izin pembangunan rumah ibadah. apa sebenarnya yang ditakutkan dari keberadan sebuah rumah ibadat? ancaman apa yang membahayakan masyrakat? apakah keberadaan rumah ibadat mengganggu ketertiban umum, mengganggu tidurmu?. Dalam analisis saya ketakutan ini muncul bukan karena ketakutan dari dalam diri, melainkan hasutan dan orang-orang yang hegemoninya terancam.
Paranoid ini juga ditimbulkan oleh sikap fanatisme,
dalam sikap fanatisme tidak kebenaran pihak lain yang ada hanya pembenaran diri. Orang dengan fanatisme yang berlebihan dengan mudahnya ia menyalahkan orang lain atau dalam hal ini agama lain. Dalam kehidupan beragama sikap fanatisme itu membuat kita dengan mudah mencap agama lain sesat,
memang elo yang punya surga?. Kita berbeda bukan berarti saya yang benar atau engkau yang benar, melainkan sebenarnya Tuhan-lah Kebenaran sejati.
Saran saya, berhentilah untuk curiga dan takut pada agama lain karena di sana tidak ada ancaman untuk hidup keagaanmu. Dan juga berhenti untuk melabeli agama lain itu sesat sebab
bukan elo yang punya surga.
Satu hal lagi yang sangat aneh dari orang beragama bukan hanya mereka takut pada orang beragama lain, ternyata mereka takut pada pohon beringin yang rimbun. Sungguh sial nasib si beringin ia harus rela dipangkas. Ini aneh, karena orang beragama yang mengakui kekuatan Tuhan, tapi meragukan kekuatan Tuhan pada pohon beringin yang rimbun.
Satu kalimat penutup, Ketakutanmu yang berlebihan terhadap sesuatu yang akan terjadi sesungguhnya merupakan upaya untuk membangun penjara bagi hidupmu sendiri.
izin share gan
BalasHapus