Selasa, 12 Desember 2017
Selasa, 14 November 2017
Rabu, 15 Maret 2017
Selasa, 24 Januari 2017
Kamis, 19 Januari 2017
Hymne Sanata Dharma
Seluruh Sanata Dharma Satu Keluarga
Panggilan Suci Mulia Membina Angkatan Muda
Semoga Usaha Kita Dalam Kerjasama
Semangat Bernyala-nyala Diberkati Yang Ma'Esa
Selasa, 10 Januari 2017
7 HARI 2017
Selama 7 hari ada banyak kisah. Ada pertemuan dan juga perpisahan. Ada peristiwa gembira, dan juga peristiwa sedih.
»» TAMPIL PENUH BOSS...
Rabu, 13 Juli 2016
AIR TERJUN TANGGEDU dan "MANUSIA TRAVELER"
Dalam sepekan terakhir orang berbondong-bondong menuju Tanggedu. Tanggedu adalah sebuah desa yang merupakan hasil pemekaran dari desa Mondu. Saat ini masih dipimpin oleh seorang Plt Kepala
Jumat, 01 Juli 2016
19 JUNI, KAMI PUNYA CERITA DARI MONDU
Sabtu, 19 Maret 2016
FOTO PROSESI JALAN SALIB OMK WARA
Jalan salib Jum'at 18 maret 2016, lokasi Panda, kelurahan Lambanapu.
Rabu, 16 Maret 2016
Ibu dan Karpet Kotornya
Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan dan kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik.
Rumah tampak selalu rapih, bersih dan teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.
»» TAMPIL PENUH BOSS...
Rumah tampak selalu rapih, bersih dan teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.
Jumat, 20 Februari 2015
JATUH CINTA
Bila,
Kau tak dapat memincingkan mata,
Tak sedap apa yang kau santap,
Kau jatuh cinta.
»» TAMPIL PENUH BOSS...
Kau tak dapat memincingkan mata,
Tak sedap apa yang kau santap,
Kau jatuh cinta.
Selasa, 13 Januari 2015
Lagu Cinta - Jamica Band
senyum manismu anugrah terindah
canda tawamu selalu kuingat
bakar jiwaku dengan api cintamu
Minggu, 16 November 2014
Kamis, 06 Februari 2014
Ketika Sri Sultan HB IX Ditilang Seorang Polantas
Becak dan delman amat dominan masa itu , persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman . Brigadir Royadin memandang dari kejauhan ,sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju kearahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut Sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.
Rabu, 25 Desember 2013
Jembatan HAWE (Kec. Haharu) Putus...!
Banjir yang terjadi pada hari sabtu 21 Desember 2013 (malam) menyebabkan jembatan Hawe putus. Akibatnya akses ke kecamatan Haharu lumpuh total, mobilitas penduduk dari atau ke Kecamatan Haharu menjadi terganggu karena bus angkutan umum tidak bisa melintas.
Jembatan Hawe terletak di desa Watu Lingu kecamatan Haharu, jembatan ini merupakan satu-satunya akses ke wilayah tersebut.
»» TAMPIL PENUH BOSS...
Jembatan Hawe terletak di desa Watu Lingu kecamatan Haharu, jembatan ini merupakan satu-satunya akses ke wilayah tersebut.
Kamis, 17 Oktober 2013
INGIN KEMBALI PADA MASA ITU...
Setahun sudah telah berlalu, tapi rasa rindu untuk kembali tak pernah pudar... UntukMu Jogja, untukMu Paingan aku ingin pulang
»» TAMPIL PENUH BOSS...
Selasa, 20 Agustus 2013
Jumat, 12 Juli 2013
INSPIRASI ORANGMUDA : Malala Yousafzai
Hari ini ditetapkan oleh PBB sebagai hari Malala, sebuah perayaan khusus bagi seorang gadis yang kini berusia 16 tahun, dan bertahun-tahun dikenal sebagai pejuang hak-hak pendidikan bagi anak-anak perempuan, khususnya di Pakistan, melawan kaum Taliban.
Senin, 17 Juni 2013
MENELANJANGI TOLERANSI PENDIDIKAN ("Semoga aku tak terbawa arus" – Refleksi Guru muda)
Ini bukan pembangkangan, ini sebuah keprihatinan, keprihatinan pada masa depan anak bangsa sebagai masa depan bangsa. Mereka menjadi korban sistem yang keliru dari penguasa dan juga naluri kepahlawan yang semu dari para pendidik di bangsa ini. Kita marah pada Negara, karena kita selalu menjadi juru kunci jika soal prestasi, tapi kita tidak pernah marah pada moralitas kita yang terlalu loyal untuk mengabdi pada kebodohan, menuhan rasa prihatin.
Sabtu, 13 April 2013
Kamis, 21 Februari 2013
Selasa, 05 Februari 2013
BAPA KAMI (Bahasa Sumba - Kambera)
AMAMA NYUMA
Amama nyuma maninggau laawang
Natamu-Mu kama pamatua yawa
kana hungawa na hanganji-Mu
Na tumbu na pa mbuhang-Mu
La pinu tana hama nai laawang
wua arunggama uhu raka ngama
wai raka unuma la lodu yena
Ayi arunja da djalama
hama tuna mbama aying ndjala anguma
ambu taukama lama pakamangu,
na nyuna pahala arukama
walingu la ma-akatu... AMIN.
Kamis, 17 Januari 2013
Anakku, Apakah Kamu Malu Makan Bersama Ayah?
Di sebuah kota kecil, tinggal sebuah keluarga kecil. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu, seorang anak berusia lima tahun bernama Brian dan kakek. Bisa dikatakan, keluarga ini adalah keluarga yang sibuk. Walau begitu, mereka selalu menyempatkan waktu untuk makan malam bersama. Mereka selalu makan di meja yang sama, sama seperti keluarga pada umumnya.
Selasa, 15 Januari 2013
Rabu, 12 Desember 2012
MARS API-R PADADITA
Di atas padas perbukitan
Megah API Padadita
Di sana aku kan berkembang
Kan menjadi pewarta sabdaMu
reff
Senin, 26 November 2012
Parai Marapu (lirik)
Di sini... ku dilahirkan...
di sini... ku dibesarkan...
di sini, kuhayalkan..
perjalanan hari depanku...
hamparan sabana membentang luas
parai marapu berdiri megah...
pesonamu yang menantang...
sirih pinang sajian khasmu
Di selatan bumi Indonesia
engkau membentangi persadaku
Sandelwood julukanmu
wangi cendana menambah pesonamu
di sini... ku dibesarkan...
di sini, kuhayalkan..
perjalanan hari depanku...
hamparan sabana membentang luas
parai marapu berdiri megah...
pesonamu yang menantang...
sirih pinang sajian khasmu
Di selatan bumi Indonesia
engkau membentangi persadaku
Sandelwood julukanmu
wangi cendana menambah pesonamu
disaat hariku yang sepi
kuingin dengar ringkikan suara kudamu
disaat mimpi indahku
kuingin rasakan belaian gadis mu,
meskipun lama engkau ku tinggalkan
tanah sumba yang kubanggakan
meskipun jarak memisahkan,
kuselalu ingin menyapamu
kuingin dengar ringkikan suara kudamu
disaat mimpi indahku
kuingin rasakan belaian gadis mu,
meskipun lama engkau ku tinggalkan
tanah sumba yang kubanggakan
meskipun jarak memisahkan,
kuselalu ingin menyapamu
Minggu, 25 November 2012
PAHLAWAN TANPA TANDA JASA?
Apa alasan seorang guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa? Bagi saya itu karena guru memberikan ilmu yang dia mliki tanpa mengharapkannya kembali. Yang terjadi di masyarakat tidaklah demikian, sebab makna "tanpa tanda jasa" telah dipelintir. Profesi guru tidak dihargai, kerja kerasnya tidak sebanding dengan pendapatan, semua dengan dalih "Pahlawan tanpa tanda jasa".
Profesi guru sesungguhnya ialah profesi dengan tugas dan risiko yang berat dibandingkan dengan profesi lain yang ada di dunia ini. Seorang guru salah mendidik maka anak didik akan menjadi goblok. tugas guru tidak terbatas jam kerja itulah beratnya. Ukuran minimum 30JP dalam satu minggu tidak berarti apa-apa dari realitas kerja seorang guru. Coba bandingkan dengan profesi lain, profesi yang membawa pulang tugasnya sampai ke rumah hanyalah guru. Di sekolah mengajar, urus administrasi, piket, rapat dll, setelah pulang ke rumah koreksi pekerjaan siswa yang tak terkira banyaknya.
Jadi sesungguhnya sudah sewajarlah kehidupan guru dihargai dan dimanusiakan. Pantasnya gaji seorang guru tidak lebih rendah dari gaji seorang anggota DPR. Janganlah dengan dalih pahlawan itu kehidupan guru diabaikan, ingat...! guru juga butuh penghidupan yang layak. Jangan menganggap guru yang turun ke jalan berteriak-teriak minta kenaikan gaji, sebagai guru yang tidak tahu diri (pahlawan tanpa tanda jasa). Guru turun ke jalan itu karena hidupnya sudah benar-benar di ambang kematian.
Jangan pertanyakan kepahlawan seorang guru...! tapi pertanyakan seberapa besar penghargaan kita terhadap kepahlawan guru. Ingat... guru tidak pernah berharap untuk menjadi seorang pahlawan.
Hapuslah gelar pahlawan itu, sebab dengan gelar itu, guru diperlakukan tidak sewajarnya...
Memang pantas bangsa ini disebut sebagai bangsa yang tidak pernah menghargai pahlawannya. Contoh pahlawan nasional seperti Bung Karno dan Bung Hatta butuh waktu puluhan tahun untuk menjadi pahlawan nasional. Pahlawan devisa, devisanya dapat, pahlawannya dirajam dan diperkosa di negeri seberang. Pahlawan tanpa tanda jasa, jasanya hanya dihargai di bawah upah minimum.
Rabu, 21 November 2012
Dunia Kerja Berpaling pada Karakter
A. Didiek Dwinarmiyadi (alumni PBI, 1977) Praktisi SDM, tinggal di Jakarta |
Walaupun pengetahuan dan ketrampilan memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan seseorang di pekerjaannya, namun belakangan diketahui keduanya bukan penentu keberhasilan. Sikap (attitude) dalam bekerja ternyata dianggap lebih menentukan. Penelitian dari David C.Mcleland (1973) menemukan bahwa kepandaian (intelligence) memang mempengaruhi kinerja, tetapi karakteristik pribadi lebih bisa membedakan antara yang berhasil dan yang tidak berhasil.
Kondisi pasar tenaga kerja
Para Manajer SDM mengeluh tidak mendapat calon tenaga kerja yang dibutuhkannya. Sebagai contoh sebuah perusahaan media di Jakarta perlu menyeleksi sekitar 100 lamaran untuk bisa memperoleh satu orang calon wartawan. Setelah mendapatkan kandidat potensial tidak berarti mereka siap kerja, perusahaan masih harus keluar biaya untuk mengadakan pelatihan sampai mereka mampu bekerja.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Antara lain karena adanya kesenjangan pada dunia pendidikan dengan dunia kerja. Memang dunia pendidikan tidak mutlak harus menyesuaikan tujuannya untuk memenuhi pasar tenaga kerja karena memang juga ada tujuan-tujuan lain. Namun harapan bahwa dunia kerja dapat memperoleh tenaga kerjanya dari lulusan perguruan tinggi adalah juga harapan yang wajar.
Sebenarnya kesenjangan yang terjadi bukan semata karena kemampuan pengetahuan dan ketrampilan yang kurang memadai. Banyak tenaga kerja memiliki IPK di atas 3 (skala 4). Namun persoalannya mereka kurang menampakkan sikap (attitude) sebagai seorang sarjana yang memiliki kemampuan memadai.. Hal ini
tampak dari jawaban-jawaban yang diberikan pada saat wawancara. Walaupun IPK tinggi, mereka tampak tidak menguasai bidang studinya sendiri (kadang dengan alasan lupa karena sudah lama). Mereka kadang kurang percaya diri, dorongan untuk berprestasi diragukan karena tidak memahami keinginannya sendiri. Kemampuan berpikir analitis dan konseptual lemah. Ini tercermin dari tutur katanya waktu menjawab yang tidak runtut dan cenderung tidak fokus pada pertanyaannya.
Demikian pula kalau kita telusur kompetensi perilaku lainnya. Rata-rata mereka memiliki kelemahan yang sama. Apakah memang tidak ada harapan? Tentu saja harapan itu ada, tetapi para Manajer SDM harus bersusah payah untuk mengadakan seleksi dengan ratio 1 : 100 atau mungkin lebih.
Kontribusi Perguruan Tinggi
Banyak usaha telah dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi untuk meningkatkan mutu lulusannya agar terserap di pasaran tenaga kerja. Mulai dari peningkatan kualitas para staf pengajar/dosen sampai memperbaiki sistem pendidikan dengan program Link and Match telah dilakukan. Kalau sampai sekarang hasilnya belum memuaskan mungkin perlu dicari faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
Faktor lain tersebut mungkin bisa disimak dari pendapat Rektor Universitas Sanata Dharma Paul Suparno di Buku Pendidikan Manusia Indonesia. “Banyak dosen di FKIP atau universitas pendidikan yang bermutu dalam bidang keahlian mereka. Namun yang sering dikeluhkan para mahasiswa adalah sikap mereka kepada mahasiswa yang masih sering tidak demokratis, kurang terbuka, dan kurang berdialog dengan mahasiswa”. Apakah sikap dosen ini ikut menyumbang pada mutu lulusan yang lemah dalam kompetensi perilaku? Dugaan ke arah itu rasanya bisa dipahami namun untuk kebenarannya tentu saja perlu penelitian tersendiri.
Memang untuk masa sekarang ini, lulusan perguruan tinggi yang pandai dengan IPK tinggi saja rasanya tidak mencukupi. Perusahaan-perusahaan telah mulai mengidentifikasi bahwa karyawan yang berhasil bukan yang pandai tetapi justru yang memiliki karakter. Karakter atau watak yang kemudian didekati dengan istilah kompetensi perilaku (soft competencies) menjadi pertimbangan utama dalam menerima karyawan atau tenaga kerja. Untuk itu rasanya lembaga pendidikan tinggi juga perlu mempertimbangkan dengan serius bila ingin lulusannya diserap dunia kerja. Sikap atau perilaku dosen yang otoriter, gila hormat, dan mengajar hal yang itu-itu saja perlu diperbaiki. Dosen perlu memberikan contoh sebagai pribadi yang memiliki integritas, membangun hubungan interpersonal yang baik, memiliki daya analisa dan konseptual tinggi, bisa mengembangkan dirinya sendiri maupun orang lain (mahasiswa). Perguruan tinggi perlu lebih memberi perhatian pada kompetensi perilaku mahasiswanya, selain tetap meningkatkan mutu pengajarannya.
Sebenarnya Universitas Sanata dharma (d/a IKIP Sanata Dharma) telah memiliki kualitas dosen yang bukan hanya pandai dan ber mutu tetapi juga bisa memberikan contoh keteladanan dalam hal-hal yang disebut di atas. Itulah sebabnya para lulusan yang menjadi guru tersebar di hampir sekolah-sekolah yang bermutu dan favoritdi negeri ini. Demikian pula lulusan yang bergerak di bidang lain memiliki karakter pribadi yang menonjol dan bisa diandalkan.
Sumber:
KASADHAR • No. 7/Th. VII/Juli 2008 (halaman 27-28)
Kontribusi Perguruan Tinggi
Banyak usaha telah dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi untuk meningkatkan mutu lulusannya agar terserap di pasaran tenaga kerja. Mulai dari peningkatan kualitas para staf pengajar/dosen sampai memperbaiki sistem pendidikan dengan program Link and Match telah dilakukan. Kalau sampai sekarang hasilnya belum memuaskan mungkin perlu dicari faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
Faktor lain tersebut mungkin bisa disimak dari pendapat Rektor Universitas Sanata Dharma Paul Suparno di Buku Pendidikan Manusia Indonesia. “Banyak dosen di FKIP atau universitas pendidikan yang bermutu dalam bidang keahlian mereka. Namun yang sering dikeluhkan para mahasiswa adalah sikap mereka kepada mahasiswa yang masih sering tidak demokratis, kurang terbuka, dan kurang berdialog dengan mahasiswa”. Apakah sikap dosen ini ikut menyumbang pada mutu lulusan yang lemah dalam kompetensi perilaku? Dugaan ke arah itu rasanya bisa dipahami namun untuk kebenarannya tentu saja perlu penelitian tersendiri.
Memang untuk masa sekarang ini, lulusan perguruan tinggi yang pandai dengan IPK tinggi saja rasanya tidak mencukupi. Perusahaan-perusahaan telah mulai mengidentifikasi bahwa karyawan yang berhasil bukan yang pandai tetapi justru yang memiliki karakter. Karakter atau watak yang kemudian didekati dengan istilah kompetensi perilaku (soft competencies) menjadi pertimbangan utama dalam menerima karyawan atau tenaga kerja. Untuk itu rasanya lembaga pendidikan tinggi juga perlu mempertimbangkan dengan serius bila ingin lulusannya diserap dunia kerja. Sikap atau perilaku dosen yang otoriter, gila hormat, dan mengajar hal yang itu-itu saja perlu diperbaiki. Dosen perlu memberikan contoh sebagai pribadi yang memiliki integritas, membangun hubungan interpersonal yang baik, memiliki daya analisa dan konseptual tinggi, bisa mengembangkan dirinya sendiri maupun orang lain (mahasiswa). Perguruan tinggi perlu lebih memberi perhatian pada kompetensi perilaku mahasiswanya, selain tetap meningkatkan mutu pengajarannya.
Sebenarnya Universitas Sanata dharma (d/a IKIP Sanata Dharma) telah memiliki kualitas dosen yang bukan hanya pandai dan ber mutu tetapi juga bisa memberikan contoh keteladanan dalam hal-hal yang disebut di atas. Itulah sebabnya para lulusan yang menjadi guru tersebar di hampir sekolah-sekolah yang bermutu dan favoritdi negeri ini. Demikian pula lulusan yang bergerak di bidang lain memiliki karakter pribadi yang menonjol dan bisa diandalkan.
Sumber:
KASADHAR • No. 7/Th. VII/Juli 2008 (halaman 27-28)
Selasa, 20 November 2012
“Apakah Anda lulusan Sanata Dharma?”
Lilin Indrayani*)
Mengingat Universitas Sanata Dharma, teringat bangunan dengan arsitek kuno yang indah ter letak di Jl. Gejayan. Kampus yang bersih, hijau, hangat, dan sederhana. Kehangatan dan kesederhanaan itu mewarnai disetiap sudut ke hidupan kampus Sanata Dharma. Kehangatan nampak jelas pada setiap hubungan timbal balik antara mahasiswa, dosen dan karyawan. Hal ini terbukti ketika terpisah lama dari sekian banyak mahasiswa pasti para dosen dan karyawan masih mengingat beberapa mahasiswa yang pernah belajar di sana, sebaliknya walaupun status mahasiswa telah berubah menjadi berbagai macam profesi pasti masih mengingat beberapa dosen dan karyawan.
Serupa dengan kehangatan, kesederhanaan hadir di mana-mana walaupun waktu menjadi perbedaan. Ketika masih bersama-sama antara dosen dan mahasiswa berada dalam ruangan yang sama, kedua belah pihak menunjukkan sifat sederhana, baik dalam berpenampilan, bergaul, berpikir tidak neko-neko, berkehendak tidak aneh-aneh. Kalaupun ada yang sedikit aneh, seringkali mereka kita anggap “alien” dari luar angkasa. Ketika ruang dan waktu memisahkan kedua belah pihak, apabila ada yang bertemu dengan seorang karyawan, seniman, dosen, apalagi seorang guru, baik hati, cakap, apalagi penampilannya sederhana, pasti ada yang mencoba bertanya: “Apakah Anda lulusan Sanata Dharma?”
Di tengah-tengah banyak universitas tampil dengan semboyan-semboyan yang menunjukkan sebuah lembaga atau institusi yang mengedepankan kemajuan teknologi, mencetak para pemimpin, atau mendidik calon pengusaha yang sukses untuk kehidupan di masa yang akan datang, sungguh bangga rasanya menimba ilmu di Sanata Dharma yang memiliki semboyan Humanisme. Kata Humanisme terasa sangat menyentuh amat dalam, sesuatu yang hakiki tanpa mengenal kasta dan keadaan, tidak hanya apa yang dapat dilihat orang lain dari luar, tetapi dirasakan dan bermanfaat bagi orang lain dalam kehidupan. Kata Humanisme tidak hanya mewakili kata air tetapi lebih pada kata mata air.
Sebuah harapan, bila kehangatan, kesederhanaan dan humanisme itu masih menjadi pilar Kampus Sanata Dharma sampai detik ini mungkin banyak persoalan di negara kita, misalnya korupsi, kesewenang-wenangan, kekerasan, dan ketidakadilan perlahan akan menyusut.
Viva Sanata Dharma!!!!!
Viva Sanata Dharma!!!!!
*) Lilin Indrayani, Lulusan Pertama Fisika
dikutip dari: KASADHAR Media Komunikasi Alumni Sanata Dharma, No.6/Th.VI/Desember 2007 (Halaman 5)
Senin, 19 November 2012
“Rencanakan kerjamu, dan kerjakan rencanamu”
Kita tidak akan pernah tahu apa
yang akan terjadi sebentar, besok, atau lusa nanti. Maka wajar orang sering
berujar “manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan”. Menurut saya, ungkapan
ini tidak keluar dari mulut seorang yang memiliki mimpi yang besar di hari esok.
Ungkapan ini bernada pesimistis, tidak yakin dengan apa yang sedang dikerjakan.
Saya meyakini kita semua
mempunyai mimpi dan cita-cita yang ingin dicapai kelak. Mimpi dan cita-cita itu
sebenar menjadi modal yang berharga bagi kita dalam menyongsong hari esok,
dengan mimpi dan cita-cita kita memiliki keyakinan dalam menjalani hari.
Tentunya tidak sebatas mimpi saja, kita perlu bekerja dengan rencana yang jelas
untuk sampai pada suatu tujuan.
Seorang sobat berpesan
“Rencanakan kerjamu, dan kerjakan rencanamu”. Untuk menggapai mimpi dan
cita-cita yang ada kita perlu membangun suatu rencana yang menjadi jembatan
bagi kita untuk mencapainya. Jembatan akan menjadi tak berguna ketika tak
pernah dipergunakan.
Saya memiliki keyakinan yang besar menjalani hidup dengan
rencana yang kita, sebenarnya kita sudah dapat mengetahui apa yang akan peroleh
nantinya, sehingga tidak perlu menunggu penentuan Tuhan. Bukannya mau
mendahului tetapan Tuhan, tetapi kita menjadi tahu kita akan letak garis
finish. Dengan rencana yang benar dan cita-cita yang baik, pastilah kita akan
mendapatkan yang baik pula. Pada hakekatnya tidak akan memberikan sesuatu yang
buruk bagi umatnya. Jika sesuatu yang buruk pada kita, itu bukanlah ketetapan
Tuhan, melainkan kitalah memilih yang buruk itu. Kitalah memiliki untuk tidak
memiliki rencana atau memilih untuk tidak mengerjakan rencana.
Saya mencoba mengubah ungkapan
di atas, untuk menjadi lebih optimistis, yakni menjadi, “Tuhan merencanakan,
manusia yang menentukan”. Tuhan telah merencanakan yang baik untuk kita,
sekarang apakah kita mau membangun rencana untuk sampai pada rencana Tuhan atau
memilih yang buruk. Kita yang akan menentukan sendiri apa yang terjadi esok,
bukan Tuhan…
SESUATU YANG BAIK DAN INDAH ADA DI DEPAN KITA, APAKAH KITA MAU MERAIHNYA…???
SESUATU YANG BAIK DAN INDAH ADA DI DEPAN KITA, APAKAH KITA MAU MERAIHNYA…???
Minggu, 18 November 2012
JOGJA Cinta Tanpa Akhir
Pada suatu magrip jam 7 malam, tanggal 07-07-2007, km AWU berlayar dari Pelabuhan Waingapu dengan pelabuhan tujuan Benoa-Bali. Dalam kapal itu ikut serta diriku dengan modal nekad berangkat menuju Ngayogyakata. Aku menyebutnya nekad karena ini adalah pertama kalinya diriku melakukan perjalan jauh menyeberangi lautan, dan tanpa sedikitpun pengetahuan tentang Jogja. Yang menjadi peganganku hanyalah 12 digit angka yang disebut nomor hape, nomor hape tersebut ku dapat dari seorang sahabat. Nomor hape dalam peganganku adalah milik sahabatku punya sahabat, singkat kata aku tidak pernah bertemu dan tidak mengenal sang empunya nomor.
Kamis, 15 November 2012
Beri Daku Sumba (Taufiq Ismail)
di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu
aneh, aku jadi ingat pada Umbu
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga
Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas dikipas dari sana
Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku ranah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.
Sumber
»» TAMPIL PENUH BOSS...
aneh, aku jadi ingat pada Umbu
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga
Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas dikipas dari sana
Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku ranah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.
Sumber
Rabu, 14 November 2012
Sajak Sebatang Lisong - WS Rendra
Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka
Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
…………………
Menghisap udara
yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana
menganggur berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.
Dan di langit;
para tekhnokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.
Bunga-bunga bangsa tahun depan
berkunang-kunang pandang matanya,
di bawah iklan berlampu neon,
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak m
enjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samodra.
………………
Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.
Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan. A
pakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.
19 Agustus 1977 ITB Bandung
Potret Pembangunan dalam Puisi
Minggu, 11 November 2012
Kisah Bai Fang Li, Seorang Tukang Becak
BAI FANG LI adalah seorang tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas
sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang
naik becaknya. Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan
imbalan uang sekedarnya. Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah
tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan
jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi
setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Dia melalang
dijalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan
mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.
Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.
Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak. Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, diruang itu juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, diruang itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah piring seng comel yang mungkin diambilnya dari tempat sampah dimana biasa ia makan, ada sebuah tempat minum dari kaleng. Di pojok ruangan tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.
Bai Fang Li tinggal sendirian digubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong.Tangannya sangat ringan menolong orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan. Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin. Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.
Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat dipundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu. Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ketempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu kemulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga. Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.
“Uang yang saya dapat untuk makan
adik-adik saya….” jawab anak itu.
“Orang tuamu dimana…?” tanya Bai
Fang Li.
“Saya tidak tahu…., ayah ibu saya
pemulung…. Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak
pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua
adik saya yang masih kecil…” sahut anak itu.
Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping. Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.
Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping. Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.
Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga
anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin.
Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan
mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar
mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan
pendidikan yang layak.
Sejak saat itulah Bai Fang Li
menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam
delapan malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang
penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan pembeli dua potong kue kismis
untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan
malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat
kecilnya yang kekurangan.
Ia merasa sangat bahagia sekali
melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan
kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih
cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit
sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmmm… tapi masih cukup
bagus… gumannya senang.
Bai Fang Li mengayuh becak tuanya
selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti,
ditengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari
yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya. “Tidak apa-apa saya menderita,
yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan
dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini…,” katanya bila orang-orang
menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa
perduli dengan dirinya sendiri.
Hari demi hari, bulan demi bulan dan
tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot becaknya demi
memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin
itu. Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB
500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak
dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.
Bai
Fang Li berkata, “Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat
menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan……”
katanya dengan sendu. Semua guru di sekolah itu menangis. Bai Fang Li wafat
pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, Bai Fang
Li telah menyumbang di yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin sejak
tahun 1986 uang sebesar 350.000 yuan atau setara dengan Rp 472,5 juta untuk
menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.
Melihat
semangatnya untuk menyumbang, Bai Fang Li memang orang yang luar biasa. Ia
hidup tanpa pamrih dengan menolong anak-anak yang tak beruntung. Meski hidup
dari mengayuh becak (jika diukur jarak mengayuh becaknya sama dengan 18 kali
keliling bumi), ia punya kepedulian yang tinggi yang tak terperikan
=====================
Markus
12:43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada
semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Jumat, 09 November 2012
Pidato Bung Tomo 10 Nov 1945
Bismillahirrohmanirrohim.. MERDEKA...!!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia
terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya
kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini
tentara inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet
yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua
kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara jepang
mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan
mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera puitih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
Saudara-saudara
di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan
bahwa rakyat Indonesia di Surabaya
pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku
pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi
pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali
pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan
pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera
pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di surabaya ini
di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing
dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung
telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol
telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana
hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara
dengan mendatangkan presiden dan pemimpin2 lainnya ke Surabaya ini
maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran
tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri
dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya
Saudara-saudara kita semuanya
kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini
akan menerima tantangan tentara inggris itu
dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya
ingin mendengarkan jawaban rakyat Indoneisa
ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini
dengarkanlah ini tentara inggris
ini jawaban kita
ini jawaban rakyat Surabaya
ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian
hai tentara inggris
kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu
kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu
kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu
tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita
untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada
tetapi inilah jawaban kita:
selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting!
tetapi saya peringatkan sekali lagi
jangan mulai menembak
baru kalau kita ditembak
maka kita akan ganti menyerang mereka itukita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka
Dan untuk kita saudara-saudara
lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka
semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!.... MERDEKA...!!!
Selasa, 06 November 2012
BOS vs SAYA
- Jika BOS tetap pada Pendapatnya Itu KONSISTEN, Jika SAYA demikian Itu KERAS KEPALA
- Jika BOS berubah Pendapat Itu FLEKSIBEL, Jika SAYA demikian Itu PLIN PLAN
- Jika BOS bekerja lambat Itu TELITI, Jika SAYA demikian Itu BODOH
- Jika BOS bekerja cepat Itu TERAMPIL, Jika SAYA demikian Itu ASAL-ASALAN
- Jika BOS cepat ambil keputusan Itu BERANI AMBIL RESIKO, Jika SAYA demikian Itu GEGABAH
- Jika BOS melanggar prosedur Berarti INISIATIF, Jika SAYA demikian Itu TIDAK TAU ATURAN
- Jika BOS mengatakan "MUDAH" Itu berarti OPTIMIS, Jika SAYA demikian mengatakan "MUDAH" Itu SOK
- Jika BOS sering keluar kantor Itu berarti CARI PELUANG, Jika SAYA demikian Itu CARI-CARI KESEMPATAN
- Jika BOS sering Entertain Itu LOBBY CUSTOMER, Jika SAYA demikian Itu MENGHAMBURKAN ANGGARAN
- Jika BOS sering tidak masuk kerja Itu KECAPEAN KERJA, Jika SAYA demikian Itu MALAS
- Jika BOS mengirim Joke ini ke SAYA Berarti PEACE, Jika SAYA nekat mengirim Joke ini ke BOS Berarti REST IN PEACE!!
BOS = selalu BENAR
SAYA = selalu SALAH
SAYA = selalu SALAH
Senin, 05 November 2012
Hebat, BapaK Dewan Terhormat
Ada
orang desa yang terpilih menjadi anggota DPR RI. Orang tersebut
mendatangi seorang Kyai dikampungya dengan mobil mewah dan disertai
dengan supir serta ajudannya.
Anggota DPR RI : Pak Kyai, hebat mana saya dengan pak lurah?
Pak Kyai : Yaa jelas hebatan anggota DPR RI, gaji 1 banding 1000
Anggota DPR RI : (Tersenyum bangga lalu bertanya) Kalau dengan Bupati pak Kyai?
Pak Kyai : Yaa masih hebat DPR RI, punya kewenangan menentukan anggaran
Anggota DPR RI : Kalau dengan menteri Kyai?
Pak Kyai : Yaa .. masih hebatan DPR RI, menteri takut dengan DPR RI
Anggota DPR RI : (Tersenyum sambil berkata) Betul ..Betul .. Kalau dengan presiden, Kyai?
Pak Kyai : Yaa.. masih heba DPR RI, presiden juga takut sama DPR RI
Anggota DPR RI : Lha, kalau dengan Nabi, gimana pak Kyai?
Pak Kyai : (Terdiam sejenak sambil berfikir, lalu berkata) Yaa .. masih hebat DPR RI
Anggota DPR RI : Kok bisa? pak Kyai ada-ada saja
Pak Kyai : Nabi pasti takut sama Tuhan! Kalau DPR RI sudah nggak takut lagi sama Tuhan!!!
(Dari guyonan diangkringan)
Pak Kyai : Yaa masih hebat DPR RI, punya kewenangan menentukan anggaran
Anggota DPR RI : Kalau dengan menteri Kyai?
Pak Kyai : Yaa .. masih hebatan DPR RI, menteri takut dengan DPR RI
Anggota DPR RI : (Tersenyum sambil berkata) Betul ..Betul .. Kalau dengan presiden, Kyai?
Pak Kyai : Yaa.. masih heba DPR RI, presiden juga takut sama DPR RI
Anggota DPR RI : Lha, kalau dengan Nabi, gimana pak Kyai?
Pak Kyai : (Terdiam sejenak sambil berfikir, lalu berkata) Yaa .. masih hebat DPR RI
Anggota DPR RI : Kok bisa? pak Kyai ada-ada saja
Pak Kyai : Nabi pasti takut sama Tuhan! Kalau DPR RI sudah nggak takut lagi sama Tuhan!!!
Minggu, 04 November 2012
KITA - Nosstress
Saat berpegangan akan lebih kuat kau berdiri
Walau hanya satu kaki.
Saat berbagi menjadi hal yang sangat dinanti.
Aku, kamu, dan teman-temanmu.
Hari ini kita bertemu,
mungkin besok kau jadi temanku.
Sekadar pertemuan tapi bukan
Itu yang kuharap.
Senyuman adalah letusan,
Kayuhan menjadi penentu
Jalan hidup di hitamnya dunia
Dan pertemuan ini jadi inspirasi antara ku dan masa depanmu.
Apa yang kudapatkan tak seberapa,
Maka yang kuberikan memang hanya sederhana,
Dan semoga saja kau tak akan lupa tentang kita.
Sumber
Puisi - Tanah Surga... Katanye... (kutip dari Film Tanah Surga, katanya)
katanya...
Bukan lautan hanya kolam susu...katanya...Tapi kata kakekku,hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu.Kail dan jala cukup menghidupimu,tiada badai tiada topan kau temui...katanya...Tapi kata kakekku,ikannya diambil nelayan-nelayan asing.Ikan dan udang datang menghampirimu...Tapi kata kakekku,ssstt.. ada udang di balik batu.Orang bilang tanah kita tanah surga...katanya...Tapi kata dokter intel,yang punya surga cuma pejabat-pejabat.Tongkat kayu dan batu jadi tanaman...katanya...Tapi kata dokter intel,kayu-kayu kita dijual ke negara tetangga.Orang bilang tanah kita tanah surga,tongkat kayu dan batu jadi tanaman...katanya...Tapi kata kakekku,belum semua rakyatnya sejahtera,banyak pejabat yg menjual kayu dan batu
untuk membangun surganya sendiri...
Langganan:
Postingan (Atom)